Dr. Ahmed Mahjoub Jubouri, salahs atu peserta asal Irak dalam International Conference on Islamic Media yang diselenggarakan oleh Robithah Alam Islamy ini berkunjung ke Dewan Da’wah pada Kamis malam, 5/12/13. Tujuan kunjungan beliau dalam rangka silaturahim dan menyampaikan kondisi Irak saat ini.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Amlir Syaifa Yasin, MA, Sekretaris Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, Tsauri Halimi, Wakil Bendahara Umum Dewan Da’wah, Ade Salamun, Direktur Eksekutif LAZIS Dewan Da’wah, Zubaidi, Ali Fahmi Arsyad serta para staf harian bidang-bidang Dewan Da’wah.
Beliau menuturkan, bahwa kondisi Irak saat ini dimanipulasi bahkan ditutup-tutupi hingga berita tersebut banyak yang tidak sesuai dengan kenyataan di Irak.
Baca
artikel selengkapnya di KISAH KARBALA
tafhadol
“Informasi terkait kondisi Iraq sekarang yang sampai ke luar negeri, termasuk ke Indonesia, banyak berita yang tidak sesuai dengan kenyatan di sana,” jelas GM of Hekma Group for Training, Planning and Media Consultancy ini di hadapan para pimpinan Dewan Da’wah.
Di masa Sadam Husein, jelas beliau, meskipun dengan gaya kepemimpinan yang begitu otoriter, namun saat itu, kondisi kaum muslimin di Iraq sangat solid, hubungan antar mereka tetap baik, termasuk antara kaum muslimin Sunni dan Syi’ah. “Bahkan saat itu, orang Syi’ah seringkali menyerukan persatuan,” ungkapnya dalam bahasa Arab
Sejak masuknya Amerika pada tahun 2003, kondisi Irak menjadi tidak stabil. Saat itu mulai muncul perselisihan-perselisihan diantara kaum muslimin. Hal ini, jelas beliau, karena ada perbedaan pandangan antara Sunni dan Syi’ah terhadap Amerika.
“Orang Sunni memandang masuknya Amerika sebagai agresi atau penjajahan, sehingga sikap mereka adalah membela tanah air dengan perang bersenjata melawan Amerika. Sedangkan orang Syi’ah memandang sebaliknya, mereka memandang Amerika sebagai penyelamat mereka dari cengkeraman Sadam Hussein,” terangnya
Sementara orang Kurdi -yang sebenarnya mereka orang-orang Sunni-, hanya dikarenakan pada masa pemerintahan Sadam Hussein mereka memiliki masalah dengan pemerintahan Saddam Hussein, pandangan mereka mirip orang Syi’ah, “Mereka menganggap Amerika sebagai pembebas. Sayangnya sikap mereka ini lebih banyak dipengaruhi oleh fanatisme golongan,” lanjutnya.
Akibat perpecahan tersebut, akhirnya saat ini kantong-kantong pemerintahan di Irak, 90% dikuasi orang-orang Syi’ah. Karena saat pendudukan Amerika di Irak, orang-orang Syi’ah aktif berpolitik hingga seperti saat ini. Imbasnya, setelah menguasai pemerintahan, termasuk dalam tubuh militer, mereka (orang Syi’ah) berani melakukan pembantaian terhadap orang Sunni.
“Ribuan orang mereka bantai, ratusan masjid mereka bakar. Bahkan orang-orang sunni yang tinggal di tempat yang mayoritas Syi’ah lambat laun di usir. Hingga tempat tinggal mereka bersih tanpa orang-orang Sunni,” tuturnya
Baru belakangan inilah, muncul kesadaran dalam diri kaum muslimin Sunni untuk kembali berjuang melalui jalur politik. Namun, karena mereka sudah lama meninggalkan jalur politik, berbagai struktur pemerintahan di departemen-departemen di Irak sudah dikuasai orang Syi’ah, sehingga orang Sunni mengalami kesulitan untuk kembali masuk ke pemerintahan.
“Dari mulai bidang militer, kehakiman dan media mereka (orang Syi’ah) kuasai.” Jelas beliau
Karena tiga hal tersebut menjadi hal yang begitu penting untuk dikuasai oleh orang Syi’ah. Sehingga banyak kelicikan-kelicikan yang mereka lakukan. Seperti dibidang militer, mereka berhasil menguasai hingga 97%. Ini menyebabkan orang-orang Sunni tidak bisa berkutik karena hanya menguasai 3% kekuatan di bidang militer.
“Begitu juga di bidang kehakiman, orang-orang Syi’ah banyak memutuskan perkara seenak mereka. Sehingga setiap pekan ada ratusan orang Sunni yang dijatuhi hukuman mati,” ungkapnya. [ruslan]
Post A Comment:
0 comments: